March 17, 2025

Kisah kecil

Bocah dengan tahi lalat kecil ini adalah aku. Anak baik-baik yang tak pernah keluar rumah hingga usia 3 tahun. Hari pertama keluar rumah aku langsung digigit anjing gila. 

Kayaknya anjing itu sudah lama memata-mataiku. Binatang itu menunggu momen, aku tidak menyadari niat buruknya. Aku digigit, dicakar, dibalelo (aku tidak tahu bahasa indonesianya balelo). Setelah kejadian, aku disuntik tetanus. Setiap sore satu suntikan. Hingga melingkar 40 suntikan mengelilingi pusar. Sungguh pengalaman traumatis. 

Foto ini diambil saat kelas 2 SD. Aku ingat teknik fotonya, hingga ada love-love pelangi di sekitarku. Fotografernya menggunakan kertas transparan. Dipasang di depan lensa kamera. Banyak pilihan frame, waktu itu kayaknya love-love pelangi yang trend. Makanya kupilih itu.

Era itu, berfoto sambil tersenyum adalah aib. Pokoknya kalau foto harus serius. Dilarang senyum, apalagi ketawa. Entahlah ya. 

Sekalipun wajahku secomel itu, tidak membantu lolos dari hukuman guru. Tetap saja jari-jari dijepit pensil, jika tak hapal perkalian. Mistar kayu yang identik dengan guru matematika pun sering mendarat di betis. Sakit sih, tapi takut. Mau teriak kesakitan saja takut. Apalagi melawan. Ngeri. 

Lebih horor lagi kalau Pak Mantri datang. Bawa koper berbaju putih. Pasti kami di vaksin. Kalau lihat pak mantri masuk gerbang sekolah, kami berlarian. Kayak maling celengan masjid dikejar warga. Pernah aku lari dari vaksinasi, merasa aman bersembunyi di belakang pohon kelapa. Rupanya sudah ada guru yang menunggu di belakang. Rupanya guru sudah membuat jebakan berencana. Parah. 

Benarlah kata orang sekarang. Generasi kami bukan generasi manja. Selalu dihantam sekalipun di sekolahku berdiri dinasti keluarga. Kepala sekolahnya pamanku. Setengah gurunya sepupuku juga. Kenapa waktu itu tidak ada pengecualian. Setidaknya, loloskan aku diam-diam. 

Orang tua juga tidak tanggung-tanggung. Pernah sekali waktu aku jatuh di jalan becek. Semua pakaian sekolahku kotor. Aku pulang ke rumah berharap di tolong, malah dibabat pakai pelepah kelapa. Katanya aku kurang hati-hati.

Sebenarnya aku terpeleset. Di kampung, kalau jalan becek kami malah buka sepatu. Lebih memilih kotor kaki dari pada kotor sepatu. Ini juga masih bikin aku heran sekarang. Kenapa bukan sepatu yang kotor saja. Alhasil waktu itu aku terpeleset. Jatuh di kubangan air warna coklat. Ada sedikit kotoran kuda. Hasil akhirnya sudah kuceritakan diatas. 

Masa kecil yang keras, membuat semua hal saat ini terlihat lembek. Aneh.

Artikel Terkait

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon