Sebenarnya karakter siapa yang berubah sejak pendidikan karakter digaungkan?. Kelihatannya guru malah yang bergeser karakternya. Guru seperti dipaksa berkompromi dengan anak-anak yang mengganggu teman saat belajar. Memaklumi mereka yang meneriaki guru dengan panggilan "anu". Yang membantah pernyataan guru dengan nada tinggi.
Jangan kira suara mereka meninggi saat ditegur di depan teman-temannya saja. Bahkan ketika dipanggil baik-baik empat mata pun sama saja. Gugur teori di buku-buku. Sopan santun sebagai karakter orang Indonesia dimana?
Ini realita. Siswa mana saat ini yang tidak membantah walaupun kedapatan memanjat pagar, atau jelas-jelas bolos tapi mengaku hadir. Percayalah, ada yang seperti itu. Mereka ini kalau ditegur malah lebih dulu marah. Tidak hanya di sekolah, beberapa orang tua siswa juga mengaku menyerah pada bantahan anaknya.
Saat siswa semakin keras membantah. lalu meneriaki guru di depan teman-temannya. Apa yang harus dilakukan oleh guru?. Ikut marah maka raga terpenjara, bersikap biasa justru jiwanya yang terpenjara.
Baca Juga
Konsep pedagogik mana yang tepat saat ini?. Konsep yang mana kawan?. Pendekatan personal apa yang cocok sementara guru menghadapi ratusan siswa dalam kelas klasikal?. Bingung saya kawan. Bantu saya. Katanya "kunci kemajuan adalah tegaknya aturan". Tapi kunci penjara ada di penegakan aturan. Macam mana ini?.
Guru seperti pendekar yang kehilangan jurus. Seperti Wong Fei Hung yang dipotong rambutnya. Gambar Pattimura tanpa parang. Mie instan tanpa bumbu. Coto tanpa sendok. Banyak lagi perumpamaan yang cocok. Macam mana mau menegakkan aturan.
Apakah solusinya pembuktian administrasi?. Hingga itu yang selalu diwanti-wanti. Atau memang kita tidak siap dengan revolusi industri?. Jawab dong.
Harapan mengubah karakter siswa malah berbalik arah. Guru yang berubah karakternya. Guru cari aman, hanya perlu menikmati gaji dan tunjangan. Kemudian pulang kampung di libur semester.
EmoticonEmoticon