#ini_satire
THR sudah menghantui hari-hari saya beberapa minggu ini. Beberapa peristiwa sering saya anggap tanda-tanda THR. Misalnya rombongan TKI yang semakin ramai di pelabuhan, murid yang mulai izin pulang duluan ikut keluarga, hingga saf shalat taraweh yang semakin berkurang pun saya anggap hitung mundur kedatangan THR.
Terakhir ini tolong jangan suudzon, saf berkurang di perkotaan bisa jadi karena sebagian orang sudah mudik. Ok?
Hitung mundur penyambutan THR saya sempat terhenti saat membaca berita tentang anggaran daerah dan kebijakan THR untuk ASN. Hitung mundur saya naikkan dulu beberapa angka.
Saya sebenarnya mau membantu pemerintah berpikir, tapi kalau saya ikut berpikir nanti siapa yang berpikir anggaran dompet saya. Biarlah mereka cari solusi, toh mereka wakil kita untuk mengurusi yang seperti itu 😂
Sama dengan hastag tolak THR yang katanya untuk bayar utang negara. Saya juga tidak mau pusing, toh waktu berutang pun tidak ngajak kita mikir. Biarkan mereka berpikir. 😂
Apakah saya apatis?
Bisa jadi saya apatis atau memang sudah pasti saya apatis. Jangan terlalu cepat menuduh. Saya tidak mau ikut berpikir karena saya memang tidak tahu persoalan itu dan tidak punya wewenang atas surat berkop garuda pancasila itu. Takut dikira menggugat pemerintah sah kita. 😊
Tapi kalau kalian masih menganggap saya apatis, baiklah saya akan berikan satu solusi.
ASN SEBENARNYA TIDAK BUTUH THR, jika harga-harga barang (termasuk tiket mudik) didiskon hingga 80%.
Kementerian hanya perlu bersurat ke semua penjual barang atau jasa, bahwa khusus hari raya semua wajib diskon 80 %. Kalau tidak, izin usahanya di tutup.
Ok. Selesai sudah saya membantu pemerintah berpikir.
Nah kita beralih ke pedagang. Banyak iklan menawarkan bagaimana cara menghabiskan THR. Ada banyak iklan di medsos seperti itu. Beberapa iklan membuat saya tergelitik.bunyinya kurang lebih seperti ini :
"Bingung menghabiskan THR anda, kami membantu menemukan solusinya"
"Handphone ***** cocok untuk THR anda "
"beli Tiket hiburan dengan THR anda"
Iklan-iklan ini menurut saya salah sasaran. THR itu tidak boleh dipandang seperti nasi. Kalau tidak habis basi. THR itu uang. Okelah kalian lagi jualan. Menurut saya tidak usah begitu sekali. Mengiklanlah yang mendidik hidup hemat. Misalnya :
"Tidak ingin THR anda habis berfoya-foya? Sumbangkanlah kepada kami. Kami akan memberikan anda baju, tiket hiburan atau HP".
Jadi kita yang mau beli lebih ikhlas membeli. Ada nuansa pendidikannya bahwa foya-foya tidak baik. Ada pesan supaya tidak jadi generasi hedon. Terpaksa saya bocorkan trik muslihat ini, biar pengiklan tahu cara mengambil uang pelanggan dengan baik dan benar.
THR sudah menghantui hari-hari saya beberapa minggu ini. Beberapa peristiwa sering saya anggap tanda-tanda THR. Misalnya rombongan TKI yang semakin ramai di pelabuhan, murid yang mulai izin pulang duluan ikut keluarga, hingga saf shalat taraweh yang semakin berkurang pun saya anggap hitung mundur kedatangan THR.
Terakhir ini tolong jangan suudzon, saf berkurang di perkotaan bisa jadi karena sebagian orang sudah mudik. Ok?
Hitung mundur penyambutan THR saya sempat terhenti saat membaca berita tentang anggaran daerah dan kebijakan THR untuk ASN. Hitung mundur saya naikkan dulu beberapa angka.
Saya sebenarnya mau membantu pemerintah berpikir, tapi kalau saya ikut berpikir nanti siapa yang berpikir anggaran dompet saya. Biarlah mereka cari solusi, toh mereka wakil kita untuk mengurusi yang seperti itu 😂
Sama dengan hastag tolak THR yang katanya untuk bayar utang negara. Saya juga tidak mau pusing, toh waktu berutang pun tidak ngajak kita mikir. Biarkan mereka berpikir. 😂
Apakah saya apatis?
Bisa jadi saya apatis atau memang sudah pasti saya apatis. Jangan terlalu cepat menuduh. Saya tidak mau ikut berpikir karena saya memang tidak tahu persoalan itu dan tidak punya wewenang atas surat berkop garuda pancasila itu. Takut dikira menggugat pemerintah sah kita. 😊
Tapi kalau kalian masih menganggap saya apatis, baiklah saya akan berikan satu solusi.
ASN SEBENARNYA TIDAK BUTUH THR, jika harga-harga barang (termasuk tiket mudik) didiskon hingga 80%.
Kementerian hanya perlu bersurat ke semua penjual barang atau jasa, bahwa khusus hari raya semua wajib diskon 80 %. Kalau tidak, izin usahanya di tutup.
Ok. Selesai sudah saya membantu pemerintah berpikir.
Nah kita beralih ke pedagang. Banyak iklan menawarkan bagaimana cara menghabiskan THR. Ada banyak iklan di medsos seperti itu. Beberapa iklan membuat saya tergelitik.bunyinya kurang lebih seperti ini :
"Bingung menghabiskan THR anda, kami membantu menemukan solusinya"
"Handphone ***** cocok untuk THR anda "
"beli Tiket hiburan dengan THR anda"
Iklan-iklan ini menurut saya salah sasaran. THR itu tidak boleh dipandang seperti nasi. Kalau tidak habis basi. THR itu uang. Okelah kalian lagi jualan. Menurut saya tidak usah begitu sekali. Mengiklanlah yang mendidik hidup hemat. Misalnya :
"Tidak ingin THR anda habis berfoya-foya? Sumbangkanlah kepada kami. Kami akan memberikan anda baju, tiket hiburan atau HP".
Jadi kita yang mau beli lebih ikhlas membeli. Ada nuansa pendidikannya bahwa foya-foya tidak baik. Ada pesan supaya tidak jadi generasi hedon. Terpaksa saya bocorkan trik muslihat ini, biar pengiklan tahu cara mengambil uang pelanggan dengan baik dan benar.
EmoticonEmoticon