Foto : NDTV |
Tabeq maraja (permisi sebesar-besarnya), bukan maksud saya mau menyinggung. Saya juga menjagokan Jerman di laga tadi. Waktu rangking grup ditampilkan di layar, saya tidak begitu percaya. Swedia memimpin lalu di susul Meksiko, sementara Jerman berada di posisi ke tiga dan Korea paling Buntut. Jerman di "zona pulang" kawan-kawan, jangan-jangan ini hasil quick count lembaga survei. Rupanya benar, Jerman ada di "zona pulang".
Konon Jerman terkena kutukan juara hingga kurang beruntung di laga lawan Korea. Saya percaya sedikit saja untuk ini. Petahana itukan biasanya kuat, bola kok lain ya. Mungkin karena di sepakbola juara bertahan tidak bisa mempengaruhi sistem piala dunia.
Pendukung Jerman di Indonesia banyak, Tapi tidak ada di stadion. Efek dukungan tidak berpengaruh. Seperti pendukung calon gubernur di Pilkada tetapi terdaftar DPT di provinsi lain. Tapi sebaiknya tidak usah fokus disini.
Kita kembali ke persoalan Jerman. Jerman ternyata sangat lemah saat lawan melakukan serangan balik cepat. Meksiko dan Korea membuktikan itu. Korea hanya kurang tajam penyelesaian bola hingga tak membuat banyak gol.
Gol pertama Korea itu murni kesalahan pemain belakang yang teledor membuat jebakan offside. Sedangkan gol kedua tidak usah dibilang, Neuer penjaga gawangnya terlalu percaya diri membantu serangan, padahal kurang baik mengontrol bola. Disisi lain Korea memang sangat rapat bertahan. Susah memasuki kotak penaltinya. Bola selalu tersangkut. Menjengkelkan.
Tapi tidak apa-apalah, sabar saja bagi teman yang sudah terlanjur pasang bendera Jerman. Toh bendera itu bisa diputar 90 derajat menjadi Belgia. Biar benderanya agak panjang umurnya.
Terakhir saya kembali ingin minta maaf sebesar-besarnya. Menang-kalah itu biasa, masih ada Piala Dunia berikutnya. Siapa tahu Piala Dunia berikutnya satu grup dengan Indonesia, Arab Saudi dan Panama. Mungkin bisa lolos 16 besar. Kalau tidak lolos lagi, lebih baik Jerman berhenti ikut piala dunia dan introspeksi diri dulu.
EmoticonEmoticon