Membaca psikologi pendidikan menjadi menarik ketika berhubungan dengan isu-isu hangat. Selain untuk persiapan pretest PPG, saya tertarik membahas ini untuk menyamakan persepsi tentang hadiah. Jangan sampai ada kesalahpahaman tentang hadiah di dunia pendidkkan.
Reward (hadiah) dan punishment(hukuman) adalah salah satu metode dalam pembelajaran. Hadiah diberikan untuk menstimulasi aspek positif peserta didik.
Reward berfungsi sebagai penguat (reinforcement). Anita wolfock mengatakan bahwa Reinforcement (penguatan) merupakan penggunaan konsekuensi untuk memperkuat perilaku.
Pada dasarnya, reward dan punishment berkembang bersamaan dengan teori behavioristik ditengah-tengah industrialisasi di Amerika. Penganut teori behavioristik percaya bahwa pengkondisian atas sesuatu dapat membentuk karakter peserta didik.
Teori ini mengedepankan metode-metode empiris dalam pembelajaran. Aspek seperti kesadaran dan mentalitas individu tidak diindahkan. Manusia dipandang seperti mesin dan alat-alat kerjanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian behavioristik sama dengan pendekatan penelitian ilmu fisika. Teori ini tidak sepenuhnya bisa ditolak karena pada kondisi tertentu terbukti berhasil.
Pokok penting dalam teori behavioristik adalah hadiah sebagai penguatan dan hukuman. Hadiah digunakan untuk menguatkan aspek positif sedangkan hukuman untuk melemahkan aspek negatif.
Saya tidak akan membahas tentang hukuman karena takut pembahasan ini terlalu panjang. Fokus ke hadiah saja.
Dalam memberikan hadiah harus memperhatikan aspek pendidikan. Berbeda dengan hadiah-hadiah pertandingan, hadiah dalam pendidikan tidak boleh lepas dari fungsi dan pengaruhnya terhadap peserta didik lain.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Nur Endah Wilujeng (FKIP UMP) tentang pengaruh pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa kelas V di SD Negeri 2 Pliken, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam memberi reward
Pertama, Untuk memberi reward (ganjaran) yang pedagogis guru harus mengenal betul dan mengetahui cara menghargai dengan tepat. Reward dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.
Kedua, Reward (ganjaran) yang diberikan sebaiknya tidak menimbulkan rasa cemburu atau iri pada siswalain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapatkan reward (ganjaran).
Ketiga, Memberikan reward hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus menerus memberi reward akan menjadi hilang arti reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan.
Keempat, Jangan memberikan reward (ganjaran) dengan menjajikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi reward (ganjaran) yang diberikan kepada seluruh kelas. Reward (ganjaran) yang telah dijanjikan lebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.
Kelima, Pendidik (guru) harus berhati-hati memberikan reward, jangan sampai reward yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.
Saya menarik kesimpulan bahwa memberikan reward berupa uang pantas-pantas saja asalkan tidak dipandang sebagai upah oleh peserta didik.
Apalagi kalau sudah dijanjikan kemudian amplopnya kosong, tentu sangat tidak baik bagi peserta didik 😂.
Alangkah baiknya jika memberikan reward yang berhubungan dengan pengembangan pendidikan seperti beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
Reward (hadiah) dan punishment(hukuman) adalah salah satu metode dalam pembelajaran. Hadiah diberikan untuk menstimulasi aspek positif peserta didik.
Reward berfungsi sebagai penguat (reinforcement). Anita wolfock mengatakan bahwa Reinforcement (penguatan) merupakan penggunaan konsekuensi untuk memperkuat perilaku.
Pada dasarnya, reward dan punishment berkembang bersamaan dengan teori behavioristik ditengah-tengah industrialisasi di Amerika. Penganut teori behavioristik percaya bahwa pengkondisian atas sesuatu dapat membentuk karakter peserta didik.
Teori ini mengedepankan metode-metode empiris dalam pembelajaran. Aspek seperti kesadaran dan mentalitas individu tidak diindahkan. Manusia dipandang seperti mesin dan alat-alat kerjanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian behavioristik sama dengan pendekatan penelitian ilmu fisika. Teori ini tidak sepenuhnya bisa ditolak karena pada kondisi tertentu terbukti berhasil.
Pokok penting dalam teori behavioristik adalah hadiah sebagai penguatan dan hukuman. Hadiah digunakan untuk menguatkan aspek positif sedangkan hukuman untuk melemahkan aspek negatif.
Saya tidak akan membahas tentang hukuman karena takut pembahasan ini terlalu panjang. Fokus ke hadiah saja.
Dalam memberikan hadiah harus memperhatikan aspek pendidikan. Berbeda dengan hadiah-hadiah pertandingan, hadiah dalam pendidikan tidak boleh lepas dari fungsi dan pengaruhnya terhadap peserta didik lain.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Nur Endah Wilujeng (FKIP UMP) tentang pengaruh pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa kelas V di SD Negeri 2 Pliken, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam memberi reward
Pertama, Untuk memberi reward (ganjaran) yang pedagogis guru harus mengenal betul dan mengetahui cara menghargai dengan tepat. Reward dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.
Kedua, Reward (ganjaran) yang diberikan sebaiknya tidak menimbulkan rasa cemburu atau iri pada siswalain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapatkan reward (ganjaran).
Ketiga, Memberikan reward hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus menerus memberi reward akan menjadi hilang arti reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan.
Keempat, Jangan memberikan reward (ganjaran) dengan menjajikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi reward (ganjaran) yang diberikan kepada seluruh kelas. Reward (ganjaran) yang telah dijanjikan lebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.
Kelima, Pendidik (guru) harus berhati-hati memberikan reward, jangan sampai reward yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.
Saya menarik kesimpulan bahwa memberikan reward berupa uang pantas-pantas saja asalkan tidak dipandang sebagai upah oleh peserta didik.
Apalagi kalau sudah dijanjikan kemudian amplopnya kosong, tentu sangat tidak baik bagi peserta didik 😂.
Alangkah baiknya jika memberikan reward yang berhubungan dengan pengembangan pendidikan seperti beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
EmoticonEmoticon