Wage Rudolf Supratman sang pencipta lagu "Indonesia Raya" adalah anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. W.R Supratman dilahirkan di Jatinegara pada hari senin wage tanggal 9 maret 1903 pukul 11.00 siang. Setelah dewasa, Ia mempunyai perawakan tinggi dan bekulit kuning langsat. W.R Supratman dikenal sopan sehingga banyak disenangi orang. penampilannya juga tampan dan simpatik.
Ayah W.R Supratman adalah Djoemono Senen Sastrosoehardjo, sedangkan ibunya bernama Siti senen. Djomoeno adalah keturunan jawa golongan priyayi kaya dan memiliki persawahan luas. Kakeknya juga dikenal sebagai seorang seniman terkenal terutama dalam seni musik dan seni suara jawa. Tidak salah jika W.R Supratman mewarisi darah seni dari kakeknya ini.
Pada saat ayahnya pensiun dari KNIL, Ia mengikuti kakaknya untuk bersekolah di Makassar tahun 1914. W.R Supratman sangat terpesona oleh kuatnya benteng Sultan Hasanuddin abad 17, meskipun saat itu Ia tinggal di markas tentara Belanda.
Disinilah namanya ditambah dengan "Rudolf" untuk menyiasati agar Ia dapat bersekolah di sekolah Belanda. Tak berselang lama siasat itu terbongkar bahwa Ia bukanlah anak dari van Eldik (kakak iparnya). W.R Supratman akhirnya masuk sekolah melayu atas persetujuan Kakaknya.
W.R supratman sangat rajin memainkan gitar dan biola setiap pulang sekolah. Melihat bakat adiknya, Roekijem menghadiahkan sebuah biola di ulangtahunnya yang ke-17. Van Eldik yang menjadi guru dan pembimbingnya bermain musik.
Setelah tamat sekolah melayu, W.R Supratman masuk ke sekolah "Normaal School". Sekolah ini adalah sekolah guru pada waktu itu. Setamatnya dari sekolah guru, ia kemudian menjadi guru bantu di Makassar. Ketika Ia diangkat dari guru bantu menjadi guru penuh, pemilik sekolah memindahtugaskan ke wilayah Sengkang. Akan tetapi Kakaknya tidak mengizinkan karena Sengkang saat itu adalah wilayah rawan. Akhirnya W.R Supratman berhenti menjadi guru.
Bakat seninya memanggil hingga W.R Supratman membentuk sebuah Jazz Band bernama "Black and White". Band ini terkenal di seluruh kota Makassar berkat kepiawaian gesekan biola W.R Supratman. Selain bermusik, Ia juga bekerja di sebuah kantor pengacara milik Mr. Schulten teman Kakak iparnya. Kehidupannya menjadi glamor karena penghasilannya yang cukup tinggi sebagai pekerja kantor dan band terkenal.
Suatu waktu ia mulai bosan dengan kehidupan foya-foyanya dan mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang sangat berbahaya pada masa itu yakni politik. Ia aktif dalam diskusi-diskusi politik dan akhirnya bertekad menentang penjajahan. Tekad politiknya diperkuat oleh sejarah bahwa Ia adalah keturunan perwira pasukan Diponegoro. Gelora patriotisme kemudian mengantarkan dirinya kembali ke jawa pada tahun 1942.
Di Jawa, W.R Supratman memutuskan untuk bekerja sebagai wartawan di surat kabar kaum muda Bandung. Tak puas menjadi wartawan di tempat itu, Ia berhenti dan menjadi pemain musisk di Kamar Biola Societeit Bandung. Masih belum memuaskan, Tahun 1925 Ia meminta izin kepada ayahnya pindah ke Batavia untuk berkerja bersama Harun Harahap. Bersama Harun Harahap dan Parada Harahap, Ia mendirikan kantor berita Alpena.
Umur kantor berita Alpena tidak panjang. Tahun 1926, W.R Supratman bekerja di surat kabar Sin Po. Tulisan-tulisannya mengupas kebobrokan akibat dari penjajahan Belanda. Karir jurnalistiknya inilah yang membuat ia banyak dikenal oleh tokoh-tokoh pergerakan bangsa.
Di Batavia, W.R Supratman membaca sebuah artikel dari majalah Timbul yang menantang para ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Pada Kongres Pemuda II 1928, tepat saat Sumpah Pemuda dikumandangkan, Supratman memainkan lagu dengan judul "Indonesia" secara instrumental yang kelak berganti judul menjadi "Indonesia Raja" atau "Indonesia Raya".
Lirik dan notasi lagu ini kemudian dimuat di koran Sin Po tempat kerja W.R Supratman pada edisi 10 November 1928. Lagu "Indonesia Raya" kemudian dianggap berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda hingga lagu tersebut dilarang dinyanyikan.
Lagu "Indonesia Raya" kembali berkumandang saat Jepang berkuasa di Nusantara. Tak lama Jepang juga merasa terancam dengan lagu tersebut dan melarangnya. Tahun 1944, Sebuah tim lagu kebangsaan yang diketuai Ir. Soekarno merevisi kembali lagu kebangsaan meskipun tak jauh beda dengan lirik yang diciptakan W.R Supratman. Versi lagu ini tak bertahan lama.
Karena tidak adanya keseragaman dalam cara mendengarkan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya, tanggal 16 November 1948 Pemerintah Republik Indonesia melalui Penetapan Presiden No. 28 1948 membentuk panitia Negara yang disebut panitia Indonesia Raya. Panitia ini menyusun tata cara menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dalam berbagai acara baik resmi ataupun non-resmi. 26 Juni 1958, dikeluarkan peraturan pemerintah No. 44 tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Lembaran Negara No. 72 tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Lirik lagu berdasarkan ketetapan tersebut terdiri dari tiga stanza seperti yang wajib diketahui dan dipahami oleh oleh seluruh pelajar indonesia mulai Juli 2017.
Berikut lirik lagu Indonesia raya tiga Stanza :
Indonesia Raya
Stanza 1
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 2
Indonesia tanah yang mulia, tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri, untuk selama-lamanya
Indonesia tanah pusaka, pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya, suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya, sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 3
Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri, menjaga ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji, Indonesia abadi
Slamatkan rakyatnya, slamatkan puteranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya, majulah pandunya untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Referensi
Hutabarat, Anthony C. Wage Rudolf Supratman : meluruskan fakta dan riwayat hidup pencipta lagu kebangsaan Republik Indonesia "Indonesia Raya" dan pahlawan nasional. jakarta. Gunung mulia.2001
Gear Publisher, Buku Pintar Politik : Sejarah, pemerintah, dan ketatanegaraan
Sularto, Bambang. Wage Rudolf Supratman. Kemendikbud.2012
Ayah W.R Supratman adalah Djoemono Senen Sastrosoehardjo, sedangkan ibunya bernama Siti senen. Djomoeno adalah keturunan jawa golongan priyayi kaya dan memiliki persawahan luas. Kakeknya juga dikenal sebagai seorang seniman terkenal terutama dalam seni musik dan seni suara jawa. Tidak salah jika W.R Supratman mewarisi darah seni dari kakeknya ini.
Pada saat ayahnya pensiun dari KNIL, Ia mengikuti kakaknya untuk bersekolah di Makassar tahun 1914. W.R Supratman sangat terpesona oleh kuatnya benteng Sultan Hasanuddin abad 17, meskipun saat itu Ia tinggal di markas tentara Belanda.
Disinilah namanya ditambah dengan "Rudolf" untuk menyiasati agar Ia dapat bersekolah di sekolah Belanda. Tak berselang lama siasat itu terbongkar bahwa Ia bukanlah anak dari van Eldik (kakak iparnya). W.R Supratman akhirnya masuk sekolah melayu atas persetujuan Kakaknya.
W.R supratman sangat rajin memainkan gitar dan biola setiap pulang sekolah. Melihat bakat adiknya, Roekijem menghadiahkan sebuah biola di ulangtahunnya yang ke-17. Van Eldik yang menjadi guru dan pembimbingnya bermain musik.
Setelah tamat sekolah melayu, W.R Supratman masuk ke sekolah "Normaal School". Sekolah ini adalah sekolah guru pada waktu itu. Setamatnya dari sekolah guru, ia kemudian menjadi guru bantu di Makassar. Ketika Ia diangkat dari guru bantu menjadi guru penuh, pemilik sekolah memindahtugaskan ke wilayah Sengkang. Akan tetapi Kakaknya tidak mengizinkan karena Sengkang saat itu adalah wilayah rawan. Akhirnya W.R Supratman berhenti menjadi guru.
Bakat seninya memanggil hingga W.R Supratman membentuk sebuah Jazz Band bernama "Black and White". Band ini terkenal di seluruh kota Makassar berkat kepiawaian gesekan biola W.R Supratman. Selain bermusik, Ia juga bekerja di sebuah kantor pengacara milik Mr. Schulten teman Kakak iparnya. Kehidupannya menjadi glamor karena penghasilannya yang cukup tinggi sebagai pekerja kantor dan band terkenal.
Suatu waktu ia mulai bosan dengan kehidupan foya-foyanya dan mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang sangat berbahaya pada masa itu yakni politik. Ia aktif dalam diskusi-diskusi politik dan akhirnya bertekad menentang penjajahan. Tekad politiknya diperkuat oleh sejarah bahwa Ia adalah keturunan perwira pasukan Diponegoro. Gelora patriotisme kemudian mengantarkan dirinya kembali ke jawa pada tahun 1942.
Di Jawa, W.R Supratman memutuskan untuk bekerja sebagai wartawan di surat kabar kaum muda Bandung. Tak puas menjadi wartawan di tempat itu, Ia berhenti dan menjadi pemain musisk di Kamar Biola Societeit Bandung. Masih belum memuaskan, Tahun 1925 Ia meminta izin kepada ayahnya pindah ke Batavia untuk berkerja bersama Harun Harahap. Bersama Harun Harahap dan Parada Harahap, Ia mendirikan kantor berita Alpena.
Umur kantor berita Alpena tidak panjang. Tahun 1926, W.R Supratman bekerja di surat kabar Sin Po. Tulisan-tulisannya mengupas kebobrokan akibat dari penjajahan Belanda. Karir jurnalistiknya inilah yang membuat ia banyak dikenal oleh tokoh-tokoh pergerakan bangsa.
Di Batavia, W.R Supratman membaca sebuah artikel dari majalah Timbul yang menantang para ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Pada Kongres Pemuda II 1928, tepat saat Sumpah Pemuda dikumandangkan, Supratman memainkan lagu dengan judul "Indonesia" secara instrumental yang kelak berganti judul menjadi "Indonesia Raja" atau "Indonesia Raya".
Lirik dan notasi lagu ini kemudian dimuat di koran Sin Po tempat kerja W.R Supratman pada edisi 10 November 1928. Lagu "Indonesia Raya" kemudian dianggap berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda hingga lagu tersebut dilarang dinyanyikan.
Lagu "Indonesia Raya" kembali berkumandang saat Jepang berkuasa di Nusantara. Tak lama Jepang juga merasa terancam dengan lagu tersebut dan melarangnya. Tahun 1944, Sebuah tim lagu kebangsaan yang diketuai Ir. Soekarno merevisi kembali lagu kebangsaan meskipun tak jauh beda dengan lirik yang diciptakan W.R Supratman. Versi lagu ini tak bertahan lama.
Karena tidak adanya keseragaman dalam cara mendengarkan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya, tanggal 16 November 1948 Pemerintah Republik Indonesia melalui Penetapan Presiden No. 28 1948 membentuk panitia Negara yang disebut panitia Indonesia Raya. Panitia ini menyusun tata cara menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dalam berbagai acara baik resmi ataupun non-resmi. 26 Juni 1958, dikeluarkan peraturan pemerintah No. 44 tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Lembaran Negara No. 72 tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Lirik lagu berdasarkan ketetapan tersebut terdiri dari tiga stanza seperti yang wajib diketahui dan dipahami oleh oleh seluruh pelajar indonesia mulai Juli 2017.
Berikut lirik lagu Indonesia raya tiga Stanza :
Indonesia Raya
Stanza 1
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 2
Indonesia tanah yang mulia, tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri, untuk selama-lamanya
Indonesia tanah pusaka, pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya, suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya, sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 3
Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri, menjaga ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji, Indonesia abadi
Slamatkan rakyatnya, slamatkan puteranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya, majulah pandunya untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Referensi
Hutabarat, Anthony C. Wage Rudolf Supratman : meluruskan fakta dan riwayat hidup pencipta lagu kebangsaan Republik Indonesia "Indonesia Raya" dan pahlawan nasional. jakarta. Gunung mulia.2001
Gear Publisher, Buku Pintar Politik : Sejarah, pemerintah, dan ketatanegaraan
Sularto, Bambang. Wage Rudolf Supratman. Kemendikbud.2012
EmoticonEmoticon