Alun-alun Kota Nunukan (dok pribadi) |
Saya sangat tertarik menelusuri asal usul penamaan Pulau Nunukan. Tak lengkap rasanya blog ini jika tidak mengangkat cerita tentang tempat tinggal penulisnya. Hingga akhirnya saya menemukan jawaban melalui cerita rakyat Suku Tidung. Suku yang mendiami pesisir Kalimantan Utara.
Menurut cerita rakyat Tidung, sejak dahulu nelayan dan pedagang hilir mudik menuju tawau untuk menjual hasil tangkapan ataupun barang. Alkisah seorang nelayan merasa sangat kehausan, Ia berusaha mencari air di pulau yang sering Ia lewati ke Tawau (Malaysia).
Tersebut dalam cerita bahwa pulau yang Ia datangi ini terdapat banyak pohon beringin. Di bawah pohon beringin itu Ia menemukan air yang baik untuk diminum. Tatkala kembali dari pulau, Ia ditanya nelayan lain "dimana kamu dapat air minum?". Ia jawab "di bawah pohon nunuk". Nunuk dalam bahasa tidung berarti pohon beringin.
Dari situlah kemudian pulau itu menjadi terkenal dikalangan nelayan sebagai tempat persinggahan sebelum ke Tawau. Penyebutannyapun berubah menjadi Pulau Nunukan.
Tahun 1920-an, Pemerintah Kolonial Belanda mulai memberikan perhatian terhadap Pulau Nunukan karena merupakan titik masuknya opium secara ilegal dari Tawau yang wktu itu masih wilayah Britania Raya. Penyelundupan ini adalah upaya barter kebutuhan oleh rakyat kedua negara.
Hingga kini, Nunukan masih menjadi tempat persinggahan para perantau yang ingin ke Malaysia.
Pelabuhan Nunukan yang bernama Pelabuhan Tunon Taka mejadi sentral jalur laut menuju Tawau. Pelabuhan "Tunon Taka" sendiri berarti pelabuhan kita. Secara Administratif, Pulau Nunukan terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Nunukan dan Nunukan Selatan dan merupakan ibukota Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.
Beringin dalam kisah itupun hampir tak berbekas saat ini. Konon, beringin itu di tebang oleh sebuah perusahaan besar untuk membangun gudang.
EmoticonEmoticon