Sebatik adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Pulau Sebatik terbagi menjadi dua wilayah yaitu Sebatik Indonesia dan Sebatik Malaysia. Saya bertugas sebagai Guru di SMP Negeri 1 Sebatik Barat. Sebuah sekolah yang terbilang besar untuk ukuran kecamatan Sebatik Barat.
Setelah perjalanan yang menegangkan dengan perahu saya melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju lokasi sekolah. Ini adalah hari dimana saya harus melapor ke sekolah tempat tugas untuk mendapatkan SPMT dari sekolah.
Dalam perjalanan dengan ojek saya seolah ingin memprotes si tukang ojek karena sepertinya dia kurang hati-hati mengendarai motor kecepatannya saat saya intip speedometer selalu di atas 80 km/jam, belum lagi motor yang sering melindas lubang membuat saya terguncang, tapi karena tidak ingin dikira manja, saya mengurungkan niat untuk protes, menikmati saja mungkin beginilah seharusnya.
Tidak akan ada yang menyangkal kalau jalanan di Sebatik Barat sudah banyak yang berlubang entah karena tanah disini termasuk tanah gambut atau kualitas aspal yang kurang baik, saya kurang tahu. Keadaan ini tentunya sangat kontras dengan pulau Nunukan yang memiliki jalan relatif baik.
Perjalanan dari dermaga ke sekolah memakan waktu sekitar 15 menit dengan tarif ojek 15.000 rupiah.
Sesampainya di sekolah, saya langsung mengamati kondisi di sekitar sekolah, sekolah ini memiliki gedung permanen dan sebagian lagi terbuat dari kayu. denah gedung seperti berbentuk "L". bangunan kayu disebelah utara dan bangunan permanen di sebelah timur. Kantor dan ruang guru berada di bangunan kayu dengan desain rumah panggung yang tinggi tiangnya sekitar satu meter.
Konon, ini untuk menghindari banjir yang sering terjadi di musim hujan. Sebagian gedung kayu tersebut di gunakan juga sebagai kelas. Disebelah selatan dan barat terdapat juga bangungan lain dari kayu yang berfungsi sebagai perumahan guru. Disitulah nanti saya akan tinggal.
Setelah observasi singkat, saya menuju ke ruangan tata usaha untuk membuat SPMT akan tetapi kepala sekolah ternyata tidak ada di tempat, beliau ada di dermaga binalawan sehingga saya harus kembali ke dermaga lagi dengan ojek yang sama dan pengalaman yang sama. Seusai bertemu kepala sekolah dan tandatangan ternyata harus menemui pengawas sekolah lagi yang tinggal di perumahan guru. Masa saya harus naik ojek lagi?, untungnya bapak kepala sekolah bersedia meminjami saya motor untuk kembali ke sekolah.
Dengan mengendarai motor saya menuju kesekolah, sekitar 20 menit naik motor saya baru sadar kalau saya kesasar, untungnya ada ibu-ibu di pinggir jalan yang menunjukkan jalan ke sekolah, saya sudah lewat 1 km. Setelah bertemu bapak pengawas, pulanglah saya kembali ke Nunukan.
Setelah perjalanan yang menegangkan dengan perahu saya melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju lokasi sekolah. Ini adalah hari dimana saya harus melapor ke sekolah tempat tugas untuk mendapatkan SPMT dari sekolah.
Dalam perjalanan dengan ojek saya seolah ingin memprotes si tukang ojek karena sepertinya dia kurang hati-hati mengendarai motor kecepatannya saat saya intip speedometer selalu di atas 80 km/jam, belum lagi motor yang sering melindas lubang membuat saya terguncang, tapi karena tidak ingin dikira manja, saya mengurungkan niat untuk protes, menikmati saja mungkin beginilah seharusnya.
Tidak akan ada yang menyangkal kalau jalanan di Sebatik Barat sudah banyak yang berlubang entah karena tanah disini termasuk tanah gambut atau kualitas aspal yang kurang baik, saya kurang tahu. Keadaan ini tentunya sangat kontras dengan pulau Nunukan yang memiliki jalan relatif baik.
Perjalanan dari dermaga ke sekolah memakan waktu sekitar 15 menit dengan tarif ojek 15.000 rupiah.
Sesampainya di sekolah, saya langsung mengamati kondisi di sekitar sekolah, sekolah ini memiliki gedung permanen dan sebagian lagi terbuat dari kayu. denah gedung seperti berbentuk "L". bangunan kayu disebelah utara dan bangunan permanen di sebelah timur. Kantor dan ruang guru berada di bangunan kayu dengan desain rumah panggung yang tinggi tiangnya sekitar satu meter.
Konon, ini untuk menghindari banjir yang sering terjadi di musim hujan. Sebagian gedung kayu tersebut di gunakan juga sebagai kelas. Disebelah selatan dan barat terdapat juga bangungan lain dari kayu yang berfungsi sebagai perumahan guru. Disitulah nanti saya akan tinggal.
Setelah observasi singkat, saya menuju ke ruangan tata usaha untuk membuat SPMT akan tetapi kepala sekolah ternyata tidak ada di tempat, beliau ada di dermaga binalawan sehingga saya harus kembali ke dermaga lagi dengan ojek yang sama dan pengalaman yang sama. Seusai bertemu kepala sekolah dan tandatangan ternyata harus menemui pengawas sekolah lagi yang tinggal di perumahan guru. Masa saya harus naik ojek lagi?, untungnya bapak kepala sekolah bersedia meminjami saya motor untuk kembali ke sekolah.
Dengan mengendarai motor saya menuju kesekolah, sekitar 20 menit naik motor saya baru sadar kalau saya kesasar, untungnya ada ibu-ibu di pinggir jalan yang menunjukkan jalan ke sekolah, saya sudah lewat 1 km. Setelah bertemu bapak pengawas, pulanglah saya kembali ke Nunukan.
EmoticonEmoticon